Polisi Turun Tangan Saat Demo: Gas Air Mata Siap Dilepas Atas Perintah Kapolda

Situasi Terkini di Sekitar DPR

Jakarta, 28 Agustus 2025 – Aksi demonstrasi besar yang digelar mahasiswa dan buruh di sekitar gedung DPR RI, Senayan, terus memanas. Ribuan massa memenuhi jalanan sejak siang hari, menolak kenaikan tunjangan anggota DPR yang dianggap tidak masuk akal. Menjelang sore, suasana kian tegang setelah aparat kepolisian menyiagakan pasukan anti huru-hara lengkap dengan tameng, water cannon, dan pelontar gas air mata.

Instruksi Tegas dari Kapolda

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol. Heru Prasetyo dalam keterangan pers menyebutkan bahwa polisi akan tetap mengedepankan pendekatan persuasif. Namun, ia menegaskan aparat sudah mendapat instruksi jelas: bila massa melakukan tindakan anarkis atau mencoba mendobrak barikade, gas air mata siap dilepaskan.

“Kami tidak ingin ada korban. Tapi bila situasi tidak terkendali, tindakan tegas terukur akan dilakukan demi keamanan bersama,” ujar Kapolda.

Kronologi Eskalasi Aksi

Sekitar pukul 15.30 WIB, sebagian demonstran mulai mendorong kawat berduri dan memukul-mukul pagar DPR. Polisi sempat memberi peringatan lewat pengeras suara, namun tidak diindahkan. Beberapa botol air mineral dilempar ke arah aparat. Kondisi ini memaksa satuan Brimob memajukan barisan.

Beberapa menit kemudian, water cannon menyemprotkan air untuk menghalau massa. Meskipun begitu, bentrokan kecil tetap terjadi. Hingga berita ini ditulis, belum ada tembakan gas air mata dilepaskan, tetapi tim medis dan ambulans sudah disiagakan di sekitar lokasi.

Dampak di Lapangan

Lalu lintas di Jalan Gatot Subroto lumpuh total, dengan antrean kendaraan mengular hingga Semanggi. Banyak pekerja kantoran memilih pulang lebih awal karena khawatir terjebak di tengah kerusuhan. Sementara itu, pedagang kaki lima di sekitar Senayan menutup lapak lebih cepat.

Di media sosial, video persiapan polisi yang menenteng gas air mata viral, memicu komentar beragam. Sebagian netizen mendukung tindakan tegas aparat agar tidak terjadi kerusuhan besar, sementara sebagian lain mengecam penggunaan kekuatan berlebihan terhadap mahasiswa.

Analisis Keamanan

Pengamat keamanan menilai langkah polisi menyiapkan gas air mata bukan sekadar intimidasi, tetapi strategi crowd control standar internasional. Namun, risiko citra buruk bisa muncul bila aparat terlalu cepat menggunakan kekerasan.
Menurut analis politik Universitas Indonesia, bila bentrokan terus berulang, simpati publik akan mengalir ke mahasiswa dan menekan legitimasi DPR maupun pemerintah.

Prediksi Ke Depan

Besok, rencananya aliansi buruh dan mahasiswa akan menggelar aksi lanjutan dengan jumlah lebih besar. Bila DPR tetap tidak bergeming soal tunjangan, bukan tidak mungkin skenario bentrokan lebih keras akan terjadi. Situasi ini bisa menjadi ujian besar bagi aparat keamanan dalam menjaga keseimbangan antara ketertiban dan hak demokrasi warga negara.